Pemberhentian Bus
Malam ini aku kembali duduk di pemberhentian bus. Sekitarku sunyi, hanya terdengar bunyi dentang jarum dari pergelangan tanganku. Aku masih menunggu pada sesuatu yang mungkin akan datang atau tidak sama sekali.
Kala itu kau menyambutku dengan payungmu, berjalan berdua diatas gemercik air dengan bisu seribu kata. Payung itu terlalu kecil hingga badan kita bertabrakan satu sama lain. Aku pun tau bahwa badanmu bergetar menahan dingin karena payung itu lebih melindungiku.
Sampai di pemberhentian bus pun kita masih membisu. Hanya tatapan mata kita yang berbicara. Aku dan kau tahu ada hal yang salah. Seharusnya kita tidak bertemu lagi di tempat yang sama. Tempat dimana awal kenangan manis itu dimulai. Yang menjadi saksi bisu atas canda, tawa dan cinta di antara kita.
Kejadian ini sama-sama berlatar hujan, namun dengan situasi yang berbeda.
Sejujurnya jika kita tidak bertemu lagi, pasti akan baik-baik saja. Tidak ada kenangan manis yang terlintas bila aku duduk disini. Tidak ada rasa bersalah atas apa yang terjadi dan tidak akan ada lagi mimpi buruk yang menghantui bahwa aku masih merindukanmu.
Komentar
Posting Komentar