Hujan

Namaku Dian dan aku benci air hujan. Ada kejadian buruk yang menghantui hidupku selama ini karena air hujan. Kakak laki-laki ku meninggal di saat dia menyelamatkanku dari kecelakaan mobil dengan keadaan berlatarkan hujan. Masih terngiang-ngiang diingatanku bagaimana badannya remuk dan darahnya yang merembes ke jalanan terbawa air. Aku mengalami trauma berat setelah kejadian itu dan dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan psikologis.

Aku tidak memiliki banyak teman kala itu. Tetapi ada salah satu temanku yang tinggal disebelah rumahku yang hampir menjengukku setiap hari, namanya Pian. Dia selalu datang dengan berbagai makanan setiap harinya, yang mengajakku berbicara serta bercanda. Dan dia juga lah yang sampai sekarang menjadi penenangku saat hujan tiba. Bisa dibilang aku tidak bisa hidup tanpanya. Jika hujan turun, Pian akan menemuiku dan memeluk badanku sambil membisikan “Ada aku disini, kamu gak akan kenapa-napa”

Sepertinya hari ini tidak akan berlaku. Tetes tetes air hujan mulai membahasi tanah. Aku gelisah karena Pian tak kunjung menemuiku. Badanku gemetar dan sekelebat ingatan tetang kakak mulai memenuhi pikiranku. “Pian kamu dimana?” tanyaku pada diri sendiri. Tak lama pandanganku menggelap dan aku tak sadarkan diri.


-------------------------------------


Aku membuka mata ku perlahan dan mendapati mama yang duduk di samping kanan kasurku. Muka mama terlihat lebih suram dari biasanya, seperti muka mama ketika melihat jasad kakak dahulu. Tiba-tiba perasaanku tidak enak, sepertinya suatu hal baru terjadi tadi.
“Dian, Pian udah nggak ada”

Perasaanku benar nyatanya. Jantungku bergemuruh, air mataku langsung turun begitu saja dan mama langsung memelukku. Bersamaan juga dengan air hujan yang mulai turun lagi untuk kedua kalinya.
“Dia ditabrak lari saat mau ketemu kamu. Mama udah berdoa supaya dia nggak kenapa-napa, tapi takdir udah berkata lain”


Air mataku bertambah deras mendengarnya. Tidak ada lagi Pian yang akan menenangkanku ketika hujan turun. Tidak ada lagi yang rela hujan-hujanan untuk menghampiri aku yang sedang gelisah. Mungkin, memang selamanya hujan akan menjadi musuhku dan aku benar-benar benci pada hujan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari aku untuk KA

Tujuan dan Targetku