Tujuan dan Targetku
Kejadian ini terjadi saat aku masih SMP dan ketika ujian sekolah sedang dilaksanakan. Jujur saja waktu itu aku masih memiliki kebiasaan buruk, yaitu membuat contekan. Ujian pertama pada hari itu adalah ipa, sialnya pengawas kelasku adalah guru ipa yang sudah kenal denganku selama 3 tahun. Bapak itu dengan sengaja menduduki bangku kosong yang terletak didepanku dan membuka-buka tempat pensilku. Apesnya, aku lupa disitu ada contekanku dan saat aku melirik ke arahnya, guruku itu sudah melihat-lihat kertas contekanku dengan smirk yang menurutku sangat keji. Aku panik setengah mati dan mengatakan dengan berbisik bahwa aku tidak melihat situ sama sekali. Tapi memang itu kenyataannya, aku terlalu berkonsentrasi sampai lupa ada contekan tersebut. Untungnya bapak tersebut percaya dan membiarkanku melanjutkan pekerjaanku. Tanpa perlu ada kejadian merobek LJK seperti apa yang dialami temanku dulu.
Sepertinya karma memang ada. Aku selalu menganggap bahasa inggris sebagai mata pelajaran UNBK yang paling mudah. Di Hari-H ujian, aku kalap karena tidak mengerti dengan maksud soal sama sekali. Soal bahasa inggris sangat susah dan hampir aku menangis saat itu juga. Dalam keadaan pasrah, aku pun meminta bantuan teman disebelahku dan untungnya dia mau membantuku. Aku bisa mendapat nilai 82 berkat bantuannya. Disaat mata pelajaran ipa aku membantunya karena kulihat banyak jawaban dia yang salah. Memang saat ujian waktu itu mataku melihat kemana-mana. Tapi bukan bermaksud untuk mencontek, aku hanya ingin membantu temanku mendapat nilai bagus. Barter yang kami lakukan bersifat menguntungkan. Buktinya, dia dan aku bisa mendapat SMAN 68.
Sejak aku masih menempati sekolah dasar, aku benci dengan hitung-hitungan. Malah sekarang, rasa bencinya makin membuncah tak karuan berkat adanya pelajaran matematika minat. Bayangkan saja setiap ujian semester an nilai matematika minatku berkepala tiga. Setiap ada yang menanyai matematika kepadaku tiba-tiba saja mataku panas dan mengeluarkan air. Setiap orangtuaku membahas matematika aku menangis jerit-jerit. Oleh karena itu, aku sudah memutuskan tidak akan mengambil jurusan yang banyak hitungannya untuk kebahagiaanku di masa depan kelak.
Dari kecil impianku menjadi dokter. Namun impian itu mulai goyah saat aku masuk SMP. Aku hanya mau menjadi orang yang berguna pada saat itu. Malah aku sempat berpikir ingin menjadi mata-mata seperti di film spy yang menurutku sangatlah keren. Sekarang pun sejujurnya aku masih belum tahu mau jadi apa. Orangtuaku menginginkan aku untuk menjadi dokter atau menjadi apoteker. Aku selalu berusaha mengabulkan apa yang orangtuaku inginkan dan semoga jalan untuk menjadi dokter atau apoteker menjadi pilihan yang tepat untuk masa depanku kelak.
Komentar
Posting Komentar